Mind Reparation: Membangun Ketangguhan Hati dari Potensi yang Tersembunyi
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Pembuatan Konten Media Sosial dalam Rangka Memperingati HUT RI ke-77 dengan tema Kembali Berkarya: Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat yang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika DIY
----
Setiap orang punya rutinitas. Namun saat pandemi semua tiba-tiba terhenti. Aktivitas yang biasa kita lakukan tiba-tiba berganti dengan hal yang tidak akrab bagi kita.
Bagi saya, aktivitas itu adalah berkuliah. Setiap hari dengan
jam yang sama, pergi berangkat naik transjakarta. Mengikuti arus dan jam apa
adanya tanpa benar-benar merencanakan dan berpikir pada apa yang harus
benar-benar dilakukan.
Lantas ketika pandemi menerpa, sebagian besar waktu
pembimbingan skripsi saya dilakukan secara online dari rumah. Waktu terasa
cepat dan lambat sekaligus. Tahu-tahu teman-teman saya lulus, tapi skripsi saya
tak kunjung selesai.
Padahal dulu rutinitas saya rasanya sudah benar. Mengikuti aturan
kuliah, mengikuti apa kata dosen. Namun ketika semua itu hilang, rutinitas saya
juga hilang.
Pikiran kacau. Ditambah terkurung dalam badai pandemi, saya tidak
bisa keluar sekedar cari angin atau hiburan. Seperti terkunci di dalam kamar
dengan laptop terbuka dan kertas-kertas referensi berserakan. Selain kekacauan
aktivitas, saya menderita kekacauan yang lebih besar: yakni kekacauan pikiran.
Saya bengong berbulan-bulan. Kadang menangis sesunggukan,
kadang tidak bisa menelan makan.
Sampai suatu hari, saya membaca quotes Mba Merry Riana yang
sangat menginspirasi:
“Hidup itu bukan mengenai seberapa berat masalah yang datang
menghampiri kita. Namun mengenai seberapa positif kita mampu merespon segala
permasalahan tersebut.”
Saya sadar saya harus bangkit. Setidaknya saat bulan
Agustus, saya juga mau jadi bagian manusia merdeka. Merdeka dari skripsi saya,
hehe.
Saya jadi bepikir...Oh, kekosongan ternyata tidak seburuk
yang saya kira. Apalagi jika kita mau mengambil napas. Menghembus lebih tenang.
Ternyata... kesunyian memberikan ruang.
Saya menata pikiran. Mulai beberes kamar dan merapikan
sampah-sampah di hati dan ruangan. Saya mulai membetulkan pikiran yang rusak
karena hancurnya rutinitas.
Ternyata menurut Kemendikbud, dengan mengubah pikiran kita
bisa merubah hasil. Pikiran sendiri definisinya ialah gagasan dan proses mental
yang memungkinkan seseorang merepresentasikan dunia sebagai model. Kemudian memberikan
aksi terhadapnya secara efektif sesuai rencana, tujuan dan keinginan.
Artinya, jika kita melabeli diri kita buruk, otak akan
mendukung dan membuat diri kita bahkan semesta menjadi buruk. Pun sebaliknya
jika pikiran kita baik, maka diri kita dan semesta kan mendukung kita jadi
baik.
Kemudian ketika pikiran kita sudah tertata, maka rutinitas
yang baik juga mulai bisa dibentuk. Jalani sistem baru yang lebih baik. Fokus
pada rutinitas yang ditulis secara sadar. Lakukan sampai selesai.
Hasilnya? Sangat menakjubkan!
Skripsi saya selesai beberapa bulan sebelum bulan
kemerdekaan. Alhamdulillah, kemerdekaan skripsi sampai duluan kepada saya,
hehe.
Ini merupakan cara pulih paling cepat bagi saya. Saya
percaya hal-hal positif dan baik dalam diri saya seperti percaya bahwa bambu
runcing bisa mengalahkan senjata api.
Tak berselang lama setelah berhasil menata pikiran, saya
bisa bangkit dengan hati yang lebih kuat.
Kalau boleh jujur, diri saya yang dulu tidak akan bisa
menceritakan kisah skripsi saya kecuali sambil menangis jelek. Tapi disinilah
saya sekarang. Sudah selesai skripsi, sudah wisuda, bahkan sudah bisa
menuliskan kisah saya dan membagikannya pada teman-teman.
Memang benar. Bahwa membetulkan cara pikir kita adalah cara
paling cepat untuk pulih dan menjadi lebih kuat saat bangkit.
Jadi, teman-teman, barangkali yang merasa rutinitasnya sudah
benar tapi tidak ada kemajuan, bolehlah ditinjau ulang. Lihat diri ke dalam
pikiran kita lagi. Apakah sungguh sudah di jalan yang benar atau masih leha-leha
banyak alasan?
Karena kalau pikiran kita sudah betul, puncak menunggu kita
lho!
---
Referensi:
Perubahan Pola Pikir dan Karakter-Repositori Kemendikbud (2022)
Komentar
Posting Komentar