Awal dan Akhir Mimpi Itu Namanya Resolusi



Sebetulnya, resolusi itu artinya keputusan. Hasil kesepakatan orang-orang yang berisi tuntutan, kata KBBI.

Tapi yang lebih sering kita dengar, resolusi itu adalah target. Sebuah ketercapaian perwujudan harapan. Kadang keinginan, kadang tujuan.

Setidaknya buat saya, resolusi adalah romantisasi dari impian-impian. Dia awal dan akhir mimpi. Sesuatu yang dimau di garis mulai, namun juga titik akhir garis finish.

Setidaknya pertengahan Oktober kemarin,satu resolusi saya di tahun ini tercapai: dapat kerja, ketemu orang-orang.

Tempat saya kerja dua bulan kemarin adalah instansi pendidikan senior yang terkenal di daerah saya tinggal. Kalau saya sebutkan, pasti orang-orang akan bilang, "Wah, sekolah udah dari zaman kakek saya itu mah!" saking sudah banyak umurnya. Semoga, bertambah besar juga kebijakannya.

Banyak pelajaran yang saya petik. Ibarat numpang lewat kebun orang, saya pulang penuh buah sekeranjang.

Mulai dari mengajar dalam skala besar, berkas-berkas bertenggat waktu, sampai ketemu senior-senior dengan segudang pengalaman. Aduh, kawan. Nggak ada yang jual pengalaman di dunia ini.

Maka betapa beruntungnya saya bisa cuma-cuma (bahkan digaji lagi) membawa pengalaman berkarung-karung.

Kalau ada yang saya sesali, pasti karena waktu itu saya masih terbawa kebiasaan lama. Masih seperti anak-anak kuliah, bahkan sekolah, yang apa-apa masih di aru-aru.


Makanya resolusi itu perlu.

Mulai dari meninjau kembali diri kita di tahun-tahun lalu. Kemudian menilainya dengan tujuan yang sudah ditulis. Bagaimana? Apa tercapai? Apa meleset? Atau tidak bergerak sama sekali?

Berapa ceklis hijau yang kira-kira kita dapat. Berapa tanda merah yang kita coret. Dan berapapun itu, berarti itu hasil kita setahun ini.

Pahit, manis, kecut... silahkan ditelan. Itu capaianmu. Suka tidak suka, silahkan diterima.

Nah, kalau sudah, berpikirlah.

Soal yang berhasil, kok bisa? Mungkin kamu sudah rajin. Maka apresiasi dirmu sendiri. Minimal tepuk tangan, atau peluk guling, sambil bilang, "Makasih ya Aku... keren banget kamu bisa mencapai itu."

Sebab perjuanganmu tidak main-main. Maka pantaslah kamu berbahagia. Jajan boleh. Merawat diri juga boleh.

Nah. lalu lihat bagian yang tidak tercapai. Kok bisa? Kamu ngapain aja? Apa yang salah? Kamu atau lingkunganmu?

Catat. Supaya nanti jadi perbaikan. Sebab kesalahan yang paling buruk adalah kesalahan yang diulang. Minimal kalau belum bisa merubah sifat jelek, punya kesadaran dulu. Kalau belum bisa berubah ke sifat baik, tahan dulu sifat jeleknya.

Jadikan pengingat, reminder. Tahun besok... jangan begitu lagi. Baru namanya berubah.



Sebab kawanku, manusia itu diciptakan dengan banyak potensi. Janganlah takut mengawali mimpi. Berjuang buat mimpi itu asyik lho. Biar kata sesekali getir dan patah hati, tapi di nanti rasanya tak terganti.

Minimal, di depan Allah SWT, kita punya sesuatu untuk dipersembahkan. Tentang betapa sulitnya berjalan lurus, namun kita mencoba. Tentang betapa sulitnya hidup, namun kita bertahan.

Bahkan ketika di akhir mimpi itu tidak tercapai, rasanya akan tetap manis kalau Kita sudah berjuang.

Makanya kalau malas itu sebenernya SUPER RUGI. Sebab nggak bisa menikmati rasanya mulai bermimpi dan nggak bisa menikmati rasanya meninjau mimpi di akhir.

Mau? Mau ngerasain?

Nah.

Bikinlah resolusi. Sebab resolusi itu sejatinya adalah awalan dan akhiran. Permulaanmu berpijak dan titik akhir sayapmu mengepak.

Supaya jadi lebih baik. Di mata dirimu sendiri, temanmu, gurumu, dan yang paling penting... Tuhanmu.


Yuk, tulis resolusi!

Komentar

Postingan Populer